
Jayapura (KPN). Pengembangan Seni dan Budaya Papua menjadi produk ekonomi kreatif yang mendatangkan kesejahtraan bagi masyarakat Papua sendiri kini bergerak semakin maju. Salah satu contohnya adalah Kain Tenun Motif Sentani yang diproduksi oleh Rumah Kreatif Papua di Sentani, Kabupaten Jayapura.
Yolanda Suebu dari Rumah Kreatif Papua saat diwawancarai (31/08/2021), menjelaskan bahwa latar belakang dari pengembangan produk Tenun Motif Sentani adalah kecintaan terhadap Seni dan Budaya Sentani, serta keprihatinannya melihat banyak pihak luar yang mengembangkan seni dan budaya sentani menjadi produk ekonomi kreatif yang menguntungkan bagi mereka.
“Pertama kita lihat kalau batik Papua sudah tersebar di seluruh Indonesia. Orang bisa pakai, bahkan orang bisa cetak kain batik di luar Papua.” Ungkap Yolanda.

Sebagian besar mama-mama Papua yang bergabung dalam Rumah Kreatif Papua adalah binaan PKK Kabupaten Jayapura dan telah mengikuti Pelatihan Tenun di Tanimbar, Maluku Tenggara Barat. Setelah mengikuti Pelatihan tersebut mereka diharapkan menjadi Pelatih bagi rekan-rekan mereka yang lain, namun tugas untuk mentransfer ilmu tersebut tidak berjalan maksimal karena peminatnya tidak banyak.
“Kemudian saya coba datangi mereka, kita mulai cerita-cerita dan saya sampaikan ini hal baru yang harus kita angkat. Kita coba dengan Motif Papua, Motif asal Sentani. Dari situ kita mulai dengan membuat tenun dengan motif sentani,” terang Yolanda Suebu.

Meskipun telah memiliki pengrajin, Rumah Kreatif Papua masih terkendala dengan kurangnya peralatan sehingga bahan baku untuk tenun masih harus mereka datangkan dari luar Papua. Menyikapi kendala tersebut, Rumah Kreatif Papua telah meminta bantuan kepada Ekonomi Desk Papua Kerjasama Uncen selaku Pembina untuk pengadaan mesin pintal benang.
“Dari awal kita tahu bahwa Papua tidak ada produksi benang, tetapi sudah banyak juga saudara-saudara kita yang buat baju dari benang pohon, benang yang diolah dari kulit kayu,” ujar Yolanda.
Rumah Kreatif Papua sejak awal telah menanam jenis pohon yang digunakan sebagai bahan dasar benang kulit kayu. Hal tersebut dilakukan mengingat terbatasnya jumlah pohon tersebut di alam dan penggunaannya yang kian meningkat sehingga ada resiko kepunahan. Dengan menambah jumlah pohon, diharapkan mesin pintal bantuan yang akan datang nantinya dapat digunakan secara maksimal. (Sonya-KPN)