Natal Sebagai Masa Perenungan Terhadap Persoalan di Papua

Jayapura ( KPN) – Gubernur Papua, Lukas Enembe mengimbau masyarakat, terutama pejabat daerah agar tidak berlebihan merayakan natal tahun ini. Natal tahun ini sebaiknya digunakan sebagai perenungan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di Tanah Papua ini.

“Kita natal dalam duka. Karena banyak saudara-saudara kita yang saat ini terpaksa tinggal di hutan. Anak-anak, orang tua, perempuan di Nduga mereka saat ini hidup dengan kesulitan makanan, kedinginan dan hujan. Ketika mereka susah, kita sebagai saudaranya harus memahami perasaan mereka,” ungkap Gubernur Papua, Rabu (19/12/2018) usai pertemuan bersama Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP), pimpinan dan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP), pimpinan gereja dan tokoh masyarakat di Gedung Negara, menyikapi situasi Nduga saat ini.

Tak hanya situasi Nduga yang perlu direnungkan, Gubernur Enembe meminta rakyat Papua selama natal ini merenungkan peristiwa demi peristiwa kekerasan yang terjadi di atas Tanah Papua ini sejak tahun 1969. Kekerasan dan konflik yang terjadi di Papua ini menurutnya telah merenggut banyak korban jiwa, terutama Orang Asli Papua.

Bahkan, untuk merenungkan setiap peristiwa ini Gubernur Papua memilih tidak akan merayakan natal dengan “open house” seperti natal-natal sebelumnya.

“Saya juga berharap pejabat-pejabat daerah bersikap sama. Kita tidak pantas merayakan natal secara berlebihan ketika banyak saudara kita hidup dalam penderitaan,” ujar Gubernur Enembe.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRP dan Ketua MRP menegaskan situasi Nduga saat ini adalah situasi kemanusiaan yang harus disikapi secara cepat. Terutama pemenuhan kebutuhan bahan makanan bagi masyarakat yang saat ini sedang mengungsi di hutan-hutan.

“Kita harus segera mengirimkan bantuan makanan kepada masyarakat di Nduga. Agar mereka bisa segera kembali ke kampung masing-masing,” kata Ketua DPRP, Yunus Wonda dan Ketua MRP, Timotius Murib.

Dalam pertemuan ini, hadir juga Ketua Sinode Gereja Kemah Injili (Kingmi), Pendeta Benny Giay dan Ketua Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu dan perwakilan Uskup Jayapura.

Tiga pimpinan umat Kristen ini mengatakan akan mengundang pimpinan gereja lainnya dalam waktu dekat untuk menerbitkan surat gembala berkaitan dengan situasi di Nduga saat ini.

“Dalam satu dua hari ini para pemimpin gereja akan bertemu untuk menyikapi situasi terakhir di Nduga. Kami juga sepakat untuk membentuk tim investigasi bersama pemerintah daerah, DPRP, MRP dan masyarakat,” kata Pendeta Andrikus Mofu.

Baik Gubernur Papua, Ketua DPRP, Ketua MRP, Ketua Sinode GKI maupun Ketua Sinode Kingmi mengaku telah menerima laporan dari masyarakat di Nduga tentang situasi terkini di kabupaten tersebut paska insiden penembakan sejumlah orang pada 2-3 Desember lalu.

Pasca penanganan kasus penembakan tersebut, banyak warga yang mengungsi ke hutan karena trauma.(Sonya)