
Jayapura,(KPN) – Pemerintah Kota Jayapura secara resmi menutup rangkaian acara Festival Berghendal II yang berlangsung meriah di Kelurahan Argapura, Distrik Jayapura Selatan. Acara budaya tahunan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wadah penting pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi lokal, serta upaya nyata dalam memerangi penyalahgunaan narkoba di kalangan generasi muda.
Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah Kota Jayapura, Evert Merauje, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang telah menyukseskan festival tahun ini.
“Atas nama Pemerintah Kota Jayapura, saya menyampaikan apresiasi kepada panitia, masyarakat, dan semua yang telah bekerja keras demi suksesnya Festival Berghendal II,” ujar Merauje, Jumat/12/9/2025)
Lebih lanjut, Merauje menjelaskan bahwa nama “Berghendal” berasal dari bahasa Belanda “Berg en Daal” yang berarti gunung dan lembah. Nama ini memiliki nilai historis, karena pada masa kolonial, Argapura dikenal sebagai Berghendal.
“Festival ini adalah bukti kebersamaan, persaudaraan, dan semangat gotong royong masyarakat Argapura. Pembangunan bukan hanya fisik, tapi juga budaya, seni, dan identitas lokal,” tambahnya.
Dalam penyelenggaraan tahun ke-2 ini, Festival Berghendal mengusung misi besar: memulihkan citra wilayah dan menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba.
Kepala Kelurahan Argapura, Emma Hamadi, menegaskan bahwa festival ini lahir dari keprihatinannya terhadap maraknya penyalahgunaan narkoba di lingkungan anak muda.
“Saya berpikir harus ada sesuatu agar nama Berghendal tidak hilang. Maka, muncullah ide festival ini sebagai bentuk perubahan citra Argapura,” ungkap Emma.

Emma menjelaskan bahwa sebagian besar warga Argapura adalah Orang Asli Papua (OAP) dan kasus narkoba banyak melibatkan pemuda setempat. Oleh karena itu, ia melibatkan karang taruna dan generasi muda dalam seluruh rangkaian kegiatan festival.
“Kita harus menyelamatkan anak-anak ini. Kalau bukan saya, siapa lagi? Kalau bukan hari ini, kapan lagi?” tegasnya dengan mata berkaca-kaca.
Sebagai bentuk komitmen jangka panjang, Emma Hamadi juga telah mendaftarkan nama “Berghendal” ke Kemenkumham Papua sebagai hak kekayaan intelektual.
“Saya sudah pegang surat resminya. Ini milik masyarakat Argapura dan akan saya wariskan ke karang taruna,” ujarnya penuh haru.
Festival ini juga mempromosikan kuliner lokal, kerajinan tangan, pertunjukan seni, dan budaya tradisional Papua. Merauje menyebut kegiatan ini turut membangun citra positif Kota Jayapura sebagai kota yang damai, ramah, dan kaya budaya.
“Mari jadikan Festival Berghendal sebagai warisan tahunan yang terus berkembang dan menjadi ikon budaya Kota Jayapura,” pungkas Merauje.
Festival Berghendal II tidak hanya menjadi ruang ekspresi budaya, tapi juga simbol harapan dan perlawanan terhadap masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Sebuah langkah kecil dari Argapura untuk perubahan besar di Papua.(Selfina)