
Jayapura (KPN)- Hari Mangrove Sedunia yang diperingati tiap 26 Juli dirayakan oleh Forum Komunitas Jayapura (FKJ) bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua dan siswa siswi SMP 14 Koya Koso di Pantai Mendug Teluk Yotefa. Lokasi ini dipilih lantaran menjadi satu lokasi yang dibabat habis dampak dari pembangunan jalan Hamadi Holtekamp. Selain merehabilitasi hutan mangrove, FKJ juga melakukan pembersihan lokasi Dermaga Abesauw Distrik Abepura. Satu persatu peserta kegiatan dibawa menyeberang menggunakan perahu dan menjadi satu cerita menarik
“Untuk sebuah kesadaran memamg tak mudah tapi kami coba melakukan dengan cara kami,” kata Ketua Forum Peduli Port Numbay Green, Fredy Wanda sebagai koordinator kegiatan. Hanya ia menyayangkan bahwa dari dua aksi ini ternyata minim diikuti oleh anak-anak Papua.”Dari hampir 50 peserta hanya 2 anak Papua padahal ini bicara negeri sendiri,”jelas Fredy.
Isu hutan mangrove sendiri khususnya di Teluk Yotefa menjadi menarik lantaran tiap tahunnya cakupan angka kehilangan hutan mangrove terus terjadi. Laju kehilangan hutan ini makin kencang di tahun 90an dan tempat yang dulu menjadi rumah ikan, kerang maupun kepiting mulai rusak.

“Jadi lokasi yang kami tanami ini luasnya hampir 1 hektar dan ini termasuk hutan primer yang menjadi korban unprosedural sebuah perencanaan pembangunan. Harusnya pemerintah yang menanami tapi sampai sekarang kondisinya terbiar,” kata Fredy.
Ia mengingatkan bahwa ada hal yang harus dilakukan yakni rehabilitasi apalagi hutan mangrove menjadi dapur bagi tiga kampung yakni Engros, Tobati dan Nafri,” bebernya.
Banyak Perseta mengaku kelelahan, meski demikian mereka bersyukur bisa ikut peduli. “Panas sekali dan medannya cukup sulit. Tapi kami senang bisa mengetahui lebih soal mangrove,” jelas Intan dari Komunitas Pecinta Iguana.(SO)